Jumat, 27 Desember 2013

Study Kasus


03.00 WIB
Gua masih melek ,yeah jam segini gua masih melek nungguin pasien gua yg inpartu (=proses menuju kelahiran jabang bayi) .masih bertahan untuk melek nahan ngantuk,gua kepikiran buat nulis lagi blog gua yg uda lapuk.terakhir gua nulis blog juga gak inget kapan,dikarenakan jadwal kuliah gua yg padat di tambah sekarang uda banyak sosmed semacem blog mini kayak twitter,path,tumbles,dsbg gua jadi males buat ngeblog lagi 


Ini foto pasien gua yang lagi berjuang nahan sakitnya kontraksi.


Dan ini gua yang masih sempet narsis ,narsis itu salah satu kebahagiaan yang tak ternilai!! (Lebay,g juga :p)

Pasien gua uda mulai ngeluh sakit ,dan gua malah tambah ngantuk

04.10 WIB
Pasien gua masih berjuang dengan rasa sakit kontraksi yang makin lama makin sakit.dan gua juga masih berjuang nahan ngantuk yang luat biasa.padahal 20 menit yang lalu gua masih menikmati tidur gua yang berharga..
Sampai saat ini air ketubannya belum pecah

06.40 WiB
Akhirnyaaa pasien gua lahir juga!!anaknya cewe bb 3500gr pb 49cm menangis spontan tonus otot aktiv tapi ada sedikit kelainan bawaan.di labiya minoranya ada benjolan segede kacang.smoga mengecil seiring berjalannya waktu.

Ni foto bayi pasien SK gua :)

lega gua..walau   Gua kecewa banget sama skill gua yg bl bener2 terasah.innalillahi..gua perlu dan musti banyak2 belajar lagi.



09.00 WIB
Touch down homey!!istirahat sejenak setelah observasi kala IV.merebahkan sejenak pikiran dan badan

Jumat, 10 Mei 2013

KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD)


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan jika diinginkan merupakan proses yang sehat dan jika kehamilan itu tidak diinginkan , ia merupakan suatu penyakit.
Kehamilan merupakan suatu proses faal yang secara normal terjadi pada manusia sebagai instig untuk mempertahankanketurunannya di bumi. Oleh karenanya kehamilan sebagai tanda akan hadirnya anggota baru dan penerus keturunan, pada umumnya akan disambut dengan gembira. Kegembiraan itu sendiri yang sering menutupi resiko yang dihadapi oleh perempuan hamil. Mereka pada umumnya, tidak sadar bahwa kehamilan dapat mempengruhi kesehatan bahkan dapat mengancam jiwa si calon ibu. Dan ternyata tidak semua kehamilan disambut dengan kegembiraan oleh orang tuanya. Beberapa kehamilan justru tidak diinginkan
Biasanya untuk mengatasi masalah kehamilan yang tidak diinginkan tersebut mereka menempuh jalan aborsi. Meskipun cara ini penuh resiko dan mahal. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai alasan yang membuat kehamilan itu tidak diinginkan.
B. Rumusan Masalah
          1. Apa yang diamaksud dengan Kehamilan yang Tidak Diinginkan?
          2. Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi Kehamilan yang Tidak Diinginkan?
          3. Apa saja Akibat yang ditimbulkan?
          4. Bagaimana Upaya pencegahan dan penanggulangan kehamilan yang tidak diinginkan?
          5. Bagaimana Peran Bidan dalam menanggulangi kehamilan tidak diinginkan?
          6. Bagaimana Cara Petugas Kesehatan menangani kasus unwanted pregnancy (KTD) pada remaja?
          7. Bagaimana Peran Bidan dalam Kesehatan Reproduksi?

C. Tujuan Makalah
          Penulisan Makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dan dapat bermanfaat bagi kalangan mahasiswa. Secara terperinci tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.  Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi.
2.  Mengetahui apa yang dimaksud dengan Kehamilan yang Tidak Diinginkan.
3.  Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Kehamilan yang Tidak Diinginkan.
4. Mengetahui Akibat yang ditimbulkan pada kehamilan yang tidak diinginkan.
5. Mengetahui Upaya pencegahan dan penanggulangan kehamilan yang tidak diinginkan.
6. Mengetahui Cara Petugas Kesehatan menangani kasus unwanted pregnancy (KTD) pada remaja.
7. Mengetahui Peran Bidan dalam menanggulangi kehamilan tidak diinginkan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Menurut  kamus  istilah  program  keluarga  berencana,  kehamilan  tidak diinginkan   adalah   kehamilan   yang   dialami   oleh   seorang   perempuan   yang sebenarnya belum menginginkan atau sudah tidak menginginkan hamil (BKKBN,2007). Sedangkan menurut PKBI, kehamilan tidak diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran akibat dari kehamilan. Kehamilan juga merupakan akibat dari suatu perilaku seksual yang bisa disengaja maupun tidak disengaja. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa tidak  sedikit  orang  yang  tidak  bertanggung  jawab  atas  kondisi  ini.  Kehamilan yang tidak diinginkan ini dapat dialami, baik oleh pasangan yang sudah menikah maupun belum menikah (PKBI, 1998).
Istilah kehamilan yang tidak diinginkan merupakan kehamilan yang tidak menginginkan anak sama sekali atau kehamilan yang diinginkan tetapi tidak pada saat itu/mistimed pregnancy (kehamilan terjadi lebih cepat dari yang telah direncanakan),  sedangkan  kehamilan  yang  diinginkan  adalah  kehamilan  yang terjadi pada waktu yang tepat. Sementara itu, konsep kehamilan yang diinginkan merupakan  kehamilan  yang  terjadinya  direncanakan  saat  si  ibu  menggunakan metode kontrasepsi atau tidak ingin hamil namun tidak menggunakan kontrasepsi apapun.  Kehamilan  yang  berakhir  dengan  aborsi  dapat  diasumsikan  sebagai kehamilan  yang  tidak  diinginkan.  Semua  definisi  ini  menunjukkan  bahwa kehamilan merupakan keputusan yang disadari (Santelli, 2003: 4).
Definisi kehamilan tidak diinginkan menurut Jain (1999) adalah gabungan dari  kehamilan  yang  tidak  diinginkan  sama  sekali  (unwanted  pregnancy)  dan kehamilan yang diinginkan tetapi tidak pada saat iu (mistimed preganancy).
Kehamilan  tidak  diinginkan  berhubungan  dengan  meningkatnya  risiko morbiditas   wanita   dan   dengan   perilaku   kesehatan   selama   kehamilan   yang berhubungan dengan efek yang buruk. Sebagai contoh, wanita yang mengalami kehamilan tidak diinginkan mungkin menunda ke pelayanan prenatal yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesehatan bayinya

B. Penyebab Kehamilan yang Tidak Diinginkan
Terdapat  banyak  alasan  bagi  seorang  perempuan  tidak  menginginkan kehadiran  seorang  anak  pada  saat  tertentu  dalam  hidupnya.  Menurut  Kartono Muhamad, ada beberapa alasan yang membuat kehamilan itu tidak diinginkan,yaitu (Mohamad, 1998: 122 – 126):

a.   Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan
b.   Kehamilan datang pada saat yang belum diharapkan
c.   Bayi dalam kandungan ternyata menderita cacat majemuk yang berat
d.   Kehamilan yang terjadi akibat hubungan seksual diluar nikah

Pada penelitian kualitatif studi kasus unsafe abortion yang bertujuan untuk menelusuri alasan-alasan mengapa perempuan Indonesia banyak yang melakukan aborsi tidak aman beserta akibatnya, diperoleh jawaban atas terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan pada informan dewasa yang sudah menikah, yaitu (Habsjah,2005: 19):
a.   Anak sudah banyak, suami jarang kerja, dan sering mabuk.
b.   Informan masih dalam kontrak kerja.
c.   Ketika informan dalam masa subur, suami selalu tidak mau tahu dan tidak pernah mau pakai kondom.
d.   Umur informan sudah tua dan anak sudah cukup
e.   Tidak boleh hamil anak keempat karena sudah tiga kali operasi Caesar
f.   Suami tidak bersedia menerima kehamilan lagi walaupun anak baru satu
g.   Jarak antara anak terlalu dekat
h.   Suami baru PHK, dan sering sakit sedangkan gaji isteri kecil
i.          Tidak sanggup menanggung anak tambahan

Sedangkan  menurut  PKBI  (1998),  banyak  alasan  yang  dikemukakan mengapa kehamilan tidak diinginkan adalah sebagai berikut:
a.   Penundaan dan peningkatan jarak usia perkawinan, dan semakin dininya usia menstruasi pertama (menarche). Usia menstruasi yang semakin dinidan usia kawin yang semakin tinggi menyebabkan “masa-masa rawan” semakin panjang. Hal ini terbukti dengan banyaknya kasus hamil diluar nikah.
b.   Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat mengakibatkan kehamilan.
c.   Tidak  menggunakan  alat  kontrasepsi,  terutama  untuk  perempuan  yang sudah menikah.
d.   Kegagalan alat kontrasepsi.
e.   Kehamilan yang diakibatkan oleh pemerkosaan.
f.   Kondisi kesehatan ibu yang tidak mengizinkan kehamilan.
g.   Persoalan ekonomi (biaya untuk melahirkan dan membesarkan anak).
h.   Alasan  karir  atau  masih  sekolah  (karena  kehamilan  dan  konsekuensi lainnya yang dianggap dapat menghambat karir atau kegiatan belajar).
i.          Kehamilan karena incest (hubungan seksual antara yang masih sedarah)
j.          Kondisi janin yang dianggap cacat berat atau berjenis kelamin yang tidak diharapkan.
Dapat disimpulkan dari banyaknya faktor penyebab kehamilan yang tidak diinginkan, antara lain adalah sebagai berikut:
a.    Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan
Perkosaan merupakan peristiwa yang traumatis dan meninggalkan aib pada perempuan yang diperkosa. Dampak psikologis dari perkosan ini cukup dalam dan akan menetap seumur hidup, jika perkosaan juga mengakibatkan kehamilan, aib itu tidak hanya akan dialami oleh si korban saja tetapi juga seluruh keluarganya. Seandainya kehamilan itu diteruskan, maka anak yang dilahirkan kelak yang akan mengalami tekanan sosial baik dari keluarga orang tuanya sendiri maupun dari masyarakat sekitarnya. Bahkan ibunya sendiri mungkin akan melihat anak itu sebagai penjelmaan laki-laki yang memperkosanya atau mungkin juga menjadi sasaran balas dendam yang sebenarnya ia tujukan kepada laki-laki yang memperkosanya.
b.   Kehamilan datang pada saat yang belum diharapkan.
Hal ini dapat terjadi pada pekerjaan wanita yang sudah terlanjur menandatangani kontrak bahwa selama beberapa waktu setelah bekerja ia tidak boleh hamil. Hal semacam itu dapat juga terjadi pada mereka yang masih meneruskan sekolah atau mereka yang belum ingin hamil lagi atas alasan-alasan yang sah, misalnya karena alasan anak yang terdahulu belum lagi berusia 1 tahun atau alasan tidak ingin punya anak lagi atau juga karena kesehatan ibu yang lemah.
c.    Bayi yang dalam kandungan ternyata menderita cacat majemuk yang berat.
Cacat majemuk tersebut meliputi kelainan kromosom yang mengakibatkan Tumesis Syndrome, Fragele X Syndrome dan Down Syndrome. Cacat bawaan yang lain meliputi cacat yang terjadi di otak, tulang belakang, jantung, ginjal, dan tangan atau kaki. Selaian itu juga dapat terjadi penyakit-penyakit keturunan seperti TALASEMIA.
Tehknologi kedokteran telahn mampu mendeteksi adanya kelainan atau cacat pada janin sejak janin masih dalam usia muda
d.   Kehamilan yang terjadi akibat hubungan sexual diluar nikah.
Hubungan sex di luar ikatan perkawinan, menurut norma sosial dan masyarakat serta agama dianggap buruk. Dalam masyarakat yang lebih modern pun, hubungan sex di luar nikah dan terus berlangsungperbuatan semacam itu, membuat kehamilan yang terjadi sebenarnya bukan merupakan kehamilan yang diinginkan
e.    Kegagalan kontrasepsi
f. Kurang pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai proses terjadinya  kehamilan, dan metode–metode pencegahan  kehamilan.
Ketidak tahuan atau minimnya pengetehuan tentang perilaku sex yang tidak menyebabkan kehamilan. 
g. Penundaan atau peningkatan usia kawin atau semakin dininya usia menstruasi (menarche)
Keadaan ini menyebabkan masa masa rawan semakin panjang, hal ini terbukti dengan semakin banyaknya kasus hamil luar nikah. 
h. Kehamilan tersebut akan membahayakan jiwa ibu.
Ibu mempunyai penyakit atau riwayat medis, bila kehamilannya diteruskan maka akan dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.
i. Karena sosio ekonomi. 
j. Anak sudah cukup banyak. 
 Kesenjangan antara sikap yang menabukan  hubungan seks di luar nikah dan terus berlangsungnya perbuatan semacam itu membuat kehamilan yang terjadi sebenarnya bukan merupakan kehamilan yang diinginkan
k. Tidak menggunakan alat kontrasepsi
Selama melakukan hubungan seksual tidak menggunakan alat kontrasepsi, disebabkan oleh fanatik terhadap keyakinan agama, harga terlalu mahal, stok terbatas, tidak tahu guna, keberadaannya dan cara menggunakannya.
l.  Tidak   cukupnya pengetahuan  tentang  risiko  kehamilan  akibat  hubungan  seks  yang  tidak  aman.
m. Kehamilan karena incest (hubungan seksual antara yang masih sedarah).

C. Akibat yang Ditimbulkan oleh Kehamilan yang Tidak Diinginkan
Berbagai akibat yang mungkin dapat ditimbulkan oleh kehamilan yang tidak diinginkan, antara lain :
a.         Obstetri
·         Abortus
·         BBLR
·         Prematus
·         Malnutrisi
·         Kurangnya ANC
·         Tindakan Medis yang terlambat
b.         Psikologi
·         Kesepian
·         Perasaan malu
·         Perasaan bersalah
·         Depresi
·         Menimbulkan Konflik
·         Kecewa terhadap keluarga
c.         Sosial
·         Dikeluarkan dari sekolah
·         Perceraian dini
·         Penerimaan keluarga  yang kurang
·         Tidak mampu mensupport diri dan bayinya
·         Dikucilkan
·         Kurang mampu mengatur waktu antara kerja dan merawat bayi
d.         Berbagai Penyakit
e.         Meningkatnya AKI dan AKB

D. Upaya pencegahan dan penanggulangan kehamilan yang tidak diinginkan

1.     D. Upaya pencegahan dan penanggulangan kehamilan yang tidak diinginkan

1.      Adapun beberapa upaya pencegahan terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, antara lain:

a.       Pedidikan Seks yang kuat
Pendidikan seks harus diberikan sedini mungkin kepada remaja dengan tetap memperhatikan tingkat perkembangannya. Salah satu fator dominan dalam seks education selain guru dan petugas kesehatan. Peran orang tua sangat potensial dalam pengembangan kualitas kepribadaian remaja terutama masalah kesehatan reproduksi dan tanpa harus lepas dari makna religious.
Keberhasilan pendidikan seks tergantung pada sejauh mana  orang tua bersikap terbuka dan mempu menjalin komunikasi efektif, tanpa harus melarang remaja melakukan interaksi, penting juga dalam memberikan rambu-rambu dalam rangka membangun “Pergaulan yang Sehat”, dengan demikian kehamilan tidak diinginkan dapat dicegah.
b.      Menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma
Dengan mengajarkan serta menerapkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat akan menciptakan kehidupan yang tentram, aman dan sejahtera tanpa adanya suatu masalah akibat penyimpangan nilai-nilai dan norma-norma.
c.       Tradisi Masyarakat
Kebiasaan dan adat istiadat yang harus menjadi salah satu faktor pendukung dalam upaya pencegahan kehamilan tidak diinginkan.
Sebaliknya, adat dan kebiasaan masyarakat yang kurang baik hendaknya ditinggalkan, seperti orang tua yang mengharuskan anakKnya untuk menikah diusia muda, adanya perjodohan, serta tradisi masyarakat yang beranggapan bahwa membicarakan seks adalah sesuatu yang kotor, tidak pantas, dan dianggap tabu. Padahal hal tersebut dapat menghambat proses pengajaran seks education.
d.      Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
e.       Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti berolahraga, seni dan keagamaan
f.       Hidari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan dorongan seksual, seperti meraba-raba tubuh pasangannya dan menonton video porno.

2.      Adapun beberapa cara penanggulangan terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, antara lain:

a)      Penggunaan alat kontrasepsi seperti, IUD, spiral, susuk, pil, kondom, dll. Dimana penggunaan kontrasepsi  ini harus tepat agar tidak terjadi kegagalan kontrasepsi
b)      Peran media dalam membentuk karakter seseorang. Sinetron atau film yang merupakan metode reversible yang biasa dipakai pasangan untuk mencegah terjadinya kehamilan tidak diinginkan.
c)      Peran Lingkungan sekitar. Peranan orang tua, teman, saudara, tetangga, petugas kesehatan dan masyarakat untuk tetap mensupport ibu hamil untuk merawat janinnya baik secara social, ekonomi, psikologis, maupun pelayanan kesehatan yang memadai.

E. Cara Petugas Kesehatan menangani kasus unwanted pregnancy (KTD) pada remaja
            
Saat menemukan kasus unwanted pregnancy pada remaja, sebagai petugas kesehatan harus:
1.      Bersikap bersahabat dengan remaja.
2.      Memberikan konseling pada remaja dan keluarganya.
3.      Apabila ada masalah yang serius agar diberikan jalan keluar yang terbaik dan apabila belum bisa terselesaikan supaya dikonsultasikan kepada dokter ahli.
4.      Memberikan alternative penyelesaian masalah apabila terjadi kehamilan pada remaja yaitu:
a.       Diselesaikan secara kekeluargaan
b.      Segera menikah
c.       Konseling kehamilan, persalinan dan keluarga berencana
d.      Pemeriksaan kehamilan sesuai standar
e.       Bila ada gangguan kejiwaan, rujuk ke psikiater
f.       Bila ada resiko tinggi kehamilan, rujuk ke SpOG
g.      Bila tidak diselenggarakan dengan menikah, anjurkan pada keluarga supaya menerima dengan baik.
h.      Bila ingin melakukan aborsi, berikan konseling resiko aborsi



F.  Peran Bidan dalam menanggulangi kehamilan tidak diinginkan

a)      Memberikan penyuluhan kepada para remaja tentang seks education khususnya dan kepada masyarakat umumnya       
b)      Memberikan penyuluhan kepada para orang tua yang mempunyai anak untuk mengawasi mereka agar tidak memberikan kesempatan untuk memasuki pergaulan bebas. Serta untuk tetap memperhatikan setiap perkembangan anak dan pembentukan kepribadiannya.
c)      Memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya yang sudah berumah tangga untuk menggunakan kontrasepsi secara tepat guna agar tidak terjadikegagalan kontrasepsi.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

KTD merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran akibat dari kehamilan. Kehamilan itu bias akibat dari perilaku seksual/hubungan seksual baik yang yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Banyak kasus menunjukan bahwa tidak sedikit orang yang tidak bertanggung jawab atas kondisi ini.
Dalam hal ini memiliki akibat yang tidak inginkan terdiri dari : dampak negatif antara lain.
a.         Obstetri
b.         Psikologi
c.         Sosial
d.         Berbagai Penyakit
e.         Meningkatnya AKI dan AKB
Upaya pencegahan dan penanggulangan kehamilan yang tidak diinginkan terdiri dari :
·         Pedidikan Seks yang kuat
·         Menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma
·         Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
·         Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti berolahraga, seni dan keagamaan
·         Hidari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan dorongan seksual,
Adapun beberapa cara penanggulangan terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, antara lain.
·         Penggunaan alat kontrasepsi seperti, IUD
·         Peran media dalam membentuk karakter seseorang.
·         Peran Lingkungan sekitar.
·         Peranan orang tua, teman, saudara, tetangga, petugas kesehatan dan masyarakat

Saran

Dalam Makalah ini terdapat penjelasan tentang “ kehamilan yang tidak diinginkan” berharap agar mahasiswi dapat mengetahui kehamilan yang baik sesuai dengna keinginan dan tidak diinginkan dalam membina rumah tangga yang baik. Selain itu dapat sebagai pedoman dalam kehidupan yang baru kelak.

Jumat, 26 Oktober 2012

DISTOSIA BAHU


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
Kasus distosia bahu amat bervariasi tergantung kriteria diagnosis yang digunakan. Sebagai contoh, Gross dan rekan (1987) berhasil mengidentifikasi 0,9 persen dari hampir 11.000 persalinan pervaginam yang dikategorikan sebagai mengalami distosia bahu di Toronto General Hospital. Meski demikian,distosia bahu sejati—yang baru didiagnosis ketika diperlukan manuver lain selaintraksi ke bawah dan episiotomi untuk melahirkan bahu—hanya ditemukan pada 24 kelahiran (0,2 persen). Trauma nyata pada janin ditemukan hanya padadistosia bahu yang memerlukan manuver untuk melahirkan. Laporan-laporanterkini, yang membatasi diagnosis distosia bahu pada pelahiran yangmemerlukan manuver, menyatakan insidensi yang bervariasi antara 0,6 sampai1,4 persen (American College of Obstetricians and Gynecologists, 2000; Baskettand Allen, 1995; McFarland et al, 1995; Nocon et al, 1993).Berkisar dari 1 per 1000 bayi dengan berat badan kurang dari 3,500g, sampai16 per 1000 bayi yang lahir di atas 4000 g. Di samping banyak studi untukmengidentifikasi faktor predisposisi distosia bahu, lebih dari 50% kasus terjadi tanpa adanya faktor resiko. Distosia bahu dapat menjadi salah satu dari keadaan darurat yang paling menakutkan di kamar bersalin. Walaupun banyak faktor telah dihubungkan dengan distosia bahu, kebanyakan kasus terjadi dengan tidak ada peringatan. Kasus ini diangkat sebagai salah satu kejadian distosia bahu yang tidak diperkirakan sebelumnya dan bagaimana penanganan yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut baik dalam hal maneuver yang dipilih dalam mengatasinya dan tindakan-tindakan yang dilakukan setelah bayi lahir, dalam hal ini termasuk resusitasi neonatus. Semoga dengan dibawakannya kasus ini dapat menjadi pelajaran bagi kita akan kasus tersebut.

B.     Tujuan
Makalah ini disusun untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang kejadian, faktor resiko dan pendekatan standar serta membahas bagaimana menghindari distosia bahu dan menangani situasi ini jika terjadi.

1. Tujuan Umum
Agar pembaca dapat mengetahui tentang persalinan yang patologis khususnya persalinan dengan distosia bahu dan dapat mengetahui cara menangani bila mendapatkan kasus distosia bahu.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang distosia bahu
b. Agar tidak terjadi kesalahan dalam mendiagnosis suatu tindakan
c. Agar dapat melakukan segera dalam penanganannya.
C. Manfaat Penulisan
Bagi peneliti / mahasiswa
- Meningkatkan pengetahuan dan teori serta praktek
- Mahasiswi bisa lebih kompeten dalam memberi asuhan kebidanan
Bagi Petugas
– Mengurangi angka kematian maternal dan neonatal
- Mendeteksi dini kemungkinan adanya penyulit / masalah dalam persalinan
Bagi Ibu / masyarakat
- Meningkatkan kesadaran diri terhadap ibu agar memeriksakan dirinya secara rutin pada waktu kehamilan agar dapat mengetahui adanya komplikasi pada ibu dan janinnya.

































BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian
Distosia bahu didefinisikan sebagai impaksi (hambatan) lahirnya bahu bayi setelah lahirnya kepala dan berkaitan dengan peningkatan insidensi morbiditas dan mortalitas bayi akibat cedera pleksus brachialis dan asfiksia. Diagnosis ini harus dipikirkan ketika dengan traksi kebawah yang memadai tidak dapat melahirkan bahu. Tanda distosia bahu lainnya adalah jika setelah kepala melalui serviks kemudian tampak kepala kembali tertarik balik ke dalam (turtle sign)
Distosia bahu biasanya terdapat kasus makrosomia. Resiko nya meningkat 11 kali lipat bayi dengan BB 4000 g dan 22 kali lipat pada bayi 4500 g. sekitar 50 % kasus terjadi pada bayi dengan BB kurang dari 4000 g. bayi posterm dan makrosomia beresiko mengvalami distosia bahu karena pertumbuhan trunkal dan bahu tidak sesuai dengan pertumbuhan kepala pada masa akhir kehamilan. Faktor resiko lainnya adalah obesitas maternal, riwayat melahirkan bayi besar, diabetes mellitus, dan diabetes gestational. Distosia bahu harus dicurigai pada pemanjangan kala II atau pemanjangan fase deselerasi pada kala I.
  Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
Salah satu kriteria diagnosis distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervagina untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus. Spong dkk (1995) menggunakan sebuah kriteria objektif untuk menentukan adanya distosia bahu yaitu interval waktu antara lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal interval waktu antara persalinan kepala dengan persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik , pada distosia bahu 79 detik. Mereka mengusulkan bahwa distosia bahu adalah bila interval waktu tersebut > 60 detik.
 American College of Obstetrician and Gynecologist (2002) menyatakan bahwa angka kejadian distosia bahu bervariasi antara 0.6 – 1.4% dari persalinan normal.

Distosia ialah kesulitan dalam jalannya persalinan atau dapat didefenisikan Distosia ialah persalinan atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan, yaitu :
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang efektif atau akibat upaya mengedan ibu (kekuatan power).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir / passage)
3. Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi, bayi besar dan jumlah bayi (penumpang/passenger).
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
5. Respons psikologi ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, budaya dan warisannya sistem pendukung.
B.     Etiologi
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, yaitu kegagalan bahu untuk “melipat” ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
Faktor-faktor penyebab dari Distosia bahu bermacam-macam antara lain : kehamilan postern, paritas wanita hamil dengan diabetes melitus dan hubungan antara ibu hamil yang makannya banyak bertambah besarnya janin masih diragukan.
C.     Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.

D.     Tanda – tanda dan Gejala
1. Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar yang normal.
2. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu pula dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga obese.
3. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak berhasil melahirkan bahu.

E.       Komplikasi
1. Komplikasi Maternal
• Perdarahan pasca persalinan
• Fistula Rectovaginal
• Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa “transient femoral neuropathy”
• Robekan perineum derajat III atau IV
• Rupture Uteri

2. Komplikasi Fetal
• Brachial plexus palsy
• Fraktura Clavicle
• Kematian janin
• Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
• Fraktura humerus

F.     Faktor Resiko Terjadinya Distosia Bahu
 Kelainan bentuk panggul, diabetes gestasional, kehamilan postmature, riwayat persalinan dengan distosia bahu dan ibu yang pendek.
1. Maternal
• Kelainan anatomi panggul
• Diabetes Gestational
• Kehamilan postmatur
• Riwayat distosia bahu
• Tubuh ibu pendek 

2. Fetal
• Dugaan macrosomia 

3. Masalah persalinan
Penggunaan alat bantu (forceps atau vacum)
• “Protracted active phase” pada kala I persalinan
• “Protracted” pada kala II persalinan

Distosia bahu sering terjadi pada persalinan dengan tindakan cunam tengah atau pada gangguan persalinan kala I dan atau kala II yang memanjang.

G.     Predisposisi distosia bahu
a)    Ibu mengalami diabetes mellitus.
b)    Multipara.
c)    Riwayat penyakit keturunan: diabetes mellitus
d)    Ibu mengalami obesitas.
f)    Bayi besar.
g)    Adanya kesulitan pada riwayat persalinan yang terdahulu
h)    Terjadi Cephalo Pelvic Dispropotion (CPD) yaitu ketidaksesuaian antara kepala dan panggul yang diakibatkan karena :
·         Diameter anteroposterior panggul dibawah ukuran normal
·         Abnormalitas panggul sebagai akibat dari infeksi tulang panggul (rakhitis) dan kecelakaan.
i)     Fase aktif yang lebih panjang dari keadaan normal. Fase aktif yang memanjang menandakan adanya CPD.
j)     Penurunan kepala sangat lambat atau sama sekali tidak terjadi penurunan kepala.
k)    Mekanisme persalinan tidak terjadi rotasi dalam (putar paksi dalam) sehingga memerlukan tindakan forcep atau vakum. Hal ini menunjukkan adanya CPD dan mengindikasikan pertimbangan dilaksanakan seksiosesarea.
H.       Pemeriksaan Penunjang
1.   Palpasi dan Balotemen: Leopold I : teraba kepala (balotemen) di fundus uteri
2.   Vaginal Toucher : teraba bokong yang lunak dan iregular
3.   X-ray : Dapat membedakan dengan presentasi kepala dan pemeriksaan ini penting untuk menentukan jenis presentasi sungsang dan jumlah kehamilan serta adanya kelainan kongenital lain
4.   Ultrasonografi: Pemeriksaan USG yang dilakukan oleh operatorberpengalaman dapat menentukan :
1. Presentasi janin
2. Ukuran
3. Jumlah kehamilan
4. Lokasi plasenta
5. Jumlah cairan amnion
6. Malformasi jaringan lunak atau tulang janin

I.      Penatalaksanaan
Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu sangat diperlukan.
1.                  Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah melakukan traksi curam bawah sambil meminta ibu untuk meneran.
2.                  Lakukan episiotomi.

Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan usaha untuk membebaskan bahu anterior dari simfsis pubis dengan berbagai maneuver :

1.      Tekanan ringan pada suprapubic
Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan dilakukan traksi curam bawah pada kepala janin.
image
Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi curam bawah pada kepala janin.

2. Maneuver Mc Robert
Tehnik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983 dan selanjutnya William A Mc Robert mempopulerkannya di University of Texas di Houston. Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi sehingga paha menempel pada abdomen ibuTindakan ini dapat menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah kepala maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak berubah, rotasi cephalad panggul cenderung untuk membebaskan bahu depan yang terhimpit.


image[16].png

Maneuver Mc Robert
Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen sebaaimana terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan suprapubic secara bersamaan (panah vertikal)

image
Analisa tindakan Maneuver Mc Robert dengan menggunakan x-ray
Ukuran panggul tak berubah, namun terjadi rotasi cephalad pelvic sehingga bahu anterior terbebas dari simfisis pubis


3. Maneuver Woods ( “Wood crock screw maneuver” )
Dengan melakukan rotasi bahu posterior 1800 secara “crock screw”maka bahu anterior yang terjepit pada simfisis pubis akan terbebas.
image 
Maneuver Wood. Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu kemudian diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis pubis

4. Melahirkan bahu belakang 
image 
A. Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus posterior janin dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepan dada dengan mempertahankan posisi fleksi siku
B. Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin
C. Lengan posterior dilahirkan

5. Maneuver Rubin
Terdiri dari 2 langkah :
(1). Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan tekanan pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan langkah berikutnya yaitu :
(2). Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan kemudian ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua bahu anak
sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis pubisimage
Maneuver Rubin II

A. Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panah
B. Bahu anak yang paling mudah dijangkau didorong kearah dada anak sehingga diameter bahu mengecil dan membebaskan bahu anterior yang terjepit

6. Pematahan klavikula dilakukan dengan menekan klavikula anterior kearah SP.

7. Maneuver Zavanelli :
·         Mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak dilahirkan melalui SC. 
·         Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai dengan PPL yang sudah terjadi.
·         Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan mendorong kepala kedalam vagina.

8. Kleidotomi : dilakukan pada janin mati yaitu dengan cara menggunting klavikula.

9. Simfisiotomi. 
Hernandez dan Wendell (1990) menyarankan untuk melakukan serangkaian tindakan emergensi berikut ini pada kasus distosia bahu

1.                  Minta bantuan – asisten , ahli anaesthesi dan ahli anaesthesi.
2.                  Kosongkan vesica urinaria bila penuh.
3.                  Lakukan episiotomi mediolateral luas.
4.                  Lakukan tekanan suprapubic bersamaan dengan traksi curam bawah untuk melahirkan kepala.
5.                  Lakukan maneuver Mc Robert dengan bantuan 2 asisten.
Sebagian besar kasus distosia bahu dapat diatasi dengan serangkaian tindakan diatas. Bila tidak, maka rangkaian tindakan lanjutan berikut ini harus dikerjakan :

1.                  Wood corkscrew maneuver
2.                  Persalinan bahu posterior
3.                  Tehnik-tehnik lain yang sudah dikemukakan diatas.
Tak ada maneuver terbaik diantara maneuver-maneuver yang sudah disebutkan diatas, namun tindakan dengan maneuver Mc Robertsebagai pilihan utama adalah sangat beralasan.

J.     Penanganan umum distosia bahu :
- Pada setiap persalinan, bersiaplah untukk menghadapi distosia bahu, khususnya
pada persalinan dengan bayi besar.
- Siapkan beberapa orang untuk membantu.
“Distosia bahu tidak dapat diprediksi”
Diagnosis distosia bahu :
- Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tettap berada dekat vulva.
- Dagu tertarik dan menekan perineum.
- Tarikan pada kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap di belakang
simfisis pubis.
Penanganan distosia bahu :
1. Membuat episiotomi yang cukup luas untuk mengurangi obstruksi jaringan lunak
dan memberi ruangan yang cukup untuk tindakan.
2. Meminta ibu untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya
sejauh mungkin ke arah dadanya dalam posisi ibu berbaring terlentang. Meminta
bantuan 2 asisten untuk menekan fleksi kedua lutut ibu ke arah dada.
3. Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi :
- Melakukan tarikan yang kuat dan terus-menerus ke arah bawah pada kepala
janin untuk menggerakkan bahu depan dibawah simfisis pubis.
Catatan : hindari tarikan yang berlebihan pada kepala yang dapat
mengakibatkan trauma pada fleksus brakhialis.
- Meminta seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan ke arah
bawah pada daerah suprapubis untuk membantu persalinan bahu.
Catatan : jangan menekan fundus karena dapat mempengaruhi bahu lebih
lanjut dan dapat mengakibatkan ruptur uteri.
4. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan :
- Pakailah sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi, masukkan tangan
ke dalam vagina.
- Lakukan penekanan pada bahu yang terletak di depan dengan arah sternum
bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu.
- Jika diperlukan, lakukan penekanan pada bahu belakang sesuai dengan arah
sternum.
5. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan :
- Masukkan tangan ke dalam vagina.
- Raih humerus dari lengan belakang dan dengan menjaga lengan tetap fleksi
pada siku, gerakkan lengan ke arah dada. Ini akan memberikan ruangan
untuk bahu depan agar dapat bergerak dibawah simfisis pubis.
6. Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, pilihan lain :
- Patahkan klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan bahu depan.
- Lakukan tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan lengan belakang
.

K.      Asuhan Kebidanan (ASKEB)
Banyak sumber dari ilmu kebidanan dan obstetri berfokus pada bagaimana mengelola komplikasi tertentu atau masalah.  Nasihat dalam hal ini lebih baik menghindari situasi tersebut dari pada mengelola komplikasinya. Meskipun di beberapa kasus distosia bahu tidak dapat dihindari, namun ada sejumlah cara untuk mengurangi kesempatan itu terjadi kasus tersebut :

Proses Persalinan Alami yang Terganggu
Ketika seorang perempuan dapat melahirkan secara naluriah (tanpa arah) dan alami atau tanpa intervensi mereka mereka akan lebih lancar saat bersalin. Telah dilihat beberapa posisi persalinan yang aneh dan gerakan yang masuk akal setelah bayi muncul/keluar. Dan dalam kasus terjebaknya bahu di pinggiran tulang panggul (distosia bahu), gerakan panggul naluriah dapat melepaskan dan membebaskan bahu bayi tanpa intervensi. Hal tersebut terjadi secara alami serta naluri seorang ibu.

Kesabaran
Sebenarnya seorang bayi memerlukan waktu untuk masuk ke dalam posisi terbaik. Posisi dimana dia bisa bergerak melewatkan tubuhnya agar bisa masuk ke panggul ibu nya. Namun ketika kita mencoba untuk terburu-buru melahirkan bayi, maka bayi tersebut mungkin tidak dapat membuat penyesuaian atau tidak punya waktu untuk melakukan penyesuaian secara alami. Secara alamiah si bayi berusaha memutar bahunya, tubuhnya kepalanya, menundukkan kepala dan menekukkan dahinya hanya untuk menyesuaikan tubuhnya dengan panggul dan jalan lahir sang ibu,namun sering kali kita sebagai petugas kesehatan tidak sabaran, selalu kaku dan terpaku pada JAM. padahal kita tahu setiap persalinan punya waktunya sendiri. Induksi persalinan dan intervensi melahirkan meningkatkan kemungkinan terjadinya distosia bahu (Gherman, 2002).  Atau kadang walaupun sudah dilarang namun sampai sekarang masih sering dilakukan oleh bidan-bidan saat menolong persalinan yaitu dengan mendorong secara paksa dengan menekan fundus ibu dan membantu mendorong ketika si ibu mengejan. Atau dengan memberi aba-aba kepada si ibu untuk mengejan padahal sebenarnya Seorang wanita yang sedang melahirkan tau dan ahli mengenai kapan dan bagaimana dia mendorong / mengejan. Kita sebagai bidan atau dokter cukup membimbingnya saja. Ketika kita memaksa siibu mengejan ini justru dapat memaksa bayi masuk ke dalam panggul tanpa membiarkan dan memberikan waktu padanya untuk melakukan penyesuaian dahulu.
Menarik keluar bayi bisa meningkatkan kejadian distosia bahu. Ketika kepala bayi keluar sebaiknya menunggu kontraksi dulu (bisa 5 menit) agar bahu bisa keluar dengan nyaman. Namun ini sangat menggoda bagi kita untuk segera memberitahu siibu agar segera mengejan tanpa menunggu kontraksi ada.  Padahal mungkin bayi menggunakan waktu ini untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan agar bahu mudah untuk dilahirkan. Karena biasanya begitu kepala keluar dia akan melakukan putaran paksi untuk menyesuaikan kepala dengan bahunya. Tunggu dan amati saja dulu. Jika proses ini lama dan kita melihat ada tanda asfiksia baru kita lakukan maneuver atau intervensi.

Bersalin dalam posisi semi-recumbant
Ternyata bersalin dengan posisi ini meningkatkan kemungkinan terjadinya distosia bahu karena panggul tidak dapat terbuka.
Harus diketahui apa yang harus dilakukan jika menemukan kasus seperti ini. Pertama adalah penting untuk tidak membuat situasi yang buruk menjadi semakin buruk:
ü Jangan menarik bayi karena hal ini akan berdampak bahu semakin tertahan. Ini adalah kesalahan yang paling umum orang membuat karena mereka panik.
ü Traksi dapat menyebabkan cedera pleksus brakialis pada bayi (lihat film di atas).
ü Jangan memotong tali pusat jika sudah di sekitar leher bayi. Karena tali pusat yang utuh masih ada kemungkinan bayi menerima oksigen yang memberi Anda lebih banyak waktu dan membantu dengan melakukan resusitasi sesudahnya.
ü Berkomunikasi dengan ibu . Anda selalu punya waktu untuk menjelaskan apa yang terjadi dan mengapa Anda melakukan apa yang Anda lakukan, atau meminta dia untuk melakukan sesuatu.


BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
 Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. tanda dan gejala terjadinya distosia bahu yaitu: Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar yang normal. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu pula dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga obese. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak berhasil melahirkan bahu. Untuk penatalaksanaannya dengan melakukan episotomi secukupnya dan manuver Mc Robert’s karena maneuver Mc Robert sebagai pilihan utama adalah sangat beralasan

B.        SARAN

1. Ibu Hamil
Diharapkan kepada ibu selama dalam masa kehamilan agar melakukan kunjungan / pemeriksaan kehamilan, untuk mengetahui perubahan berat badan pada ibu dan bayi bertambah atau tidak sesuai dengan usia kehamilan ataupun ibu yang mengalami riwayat penyakit sistematik. Agar nantinya bisa didiagnosa apakah ibu bisa bersalin dengan normal atau tidak.
2. Petugas Kesehatan
Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan agar mampu menekan AKI/AKB dengan cara mengurangi komplikasi-komplikasi yang terjadi pada ibu hamil.
3. Penulis
Agar dapat meningkatkan pengetahuan maupun wawasan pembelajaran serta pengalaman dalam praktek asuhan kebidanan. Khususnya mengenai asuhan kebidanan ibu bersalin dengan komplikasi seperti distosia bahu.
4. Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi bahan kajian maupun referensi dalam menambah khazanah perpustakaan





DAFTAR PUSTAKA
·         http://onlinelibraryfree.com
·         Llwenllyn – Jones, Derek. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6 Jakarta : Hipokrates, 2001
·         Mochtar Rustam, (1998) Sinopsis Obstetri 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta: 2006
·         Winkjosastro, Hanifah. Ilmu Kebidanan. Edisi 3 Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : 2006.
·         Winkjosastro, Hanifah. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : 2002.
·         Manuaba, Ida Bagus Gde. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstertri Ginekologi dan Keluarga Berencana, EGC. Jakarta : 2005.

Yang Populer